Kashmir, Potensi yang Terbuang


Informasi terbaru Kashmir, Potensi yang Terbuang kami sediakan khusus untuk pembaca setia punyannyuh.blogspot.com, semoga informasi Kashmir, Potensi yang Terbuang memberikan pengetahuan lebih untuk kita semua.
Nuruddin Salim Jahangir, si penakluk dunia asal Persia, menyebut ceruk di antara Pegunungan Himalaya dan Pir Panjal Range itu sebagai ''Surga di Muka Bumi''. Saking terkesimanya dengan keindahan tempat seluas 4,3 ribu kilometer persegi itu pula, band rock legendaris Led Zeppelin sampai menuliskan lirik indah yang abadi hingga kini. Itulah Kashmir. Tepatnya, Lembah Kashmir yang sepenuhnya masuk teritori India, yakni di Negara Bagian Jammu dan Kashmir. Dari Kashmir ini pula asal Cashmere, kain wol kualitas wahid yang harganya selangit. Pendeknya, Kashmir adalah keindahan. Tapi, seperti halnya minyak bumi, kekayaan alam yang justru kerap menjadi kutukan bagi negara pemiliknya, potensi besar Kashmir pula yang membuat wilayah yang kini berpenduduk empat juta jiwa tersebut tak henti diselimuti bau anyir darah.

Terakhir, Kamis lalu (19/8), ribuan warga Kota Kulgam turun ke jalan setelah polisi India mengakibatkan kematian seorang bocah sembilan tahun karena luka tembak parah. Tercatat, sejak Juni lalu, kondisi di Kashmir-India terus memanas dan menelan korban 59 nyawa. Total sejak gerakan menuntut kemerdekaan di wilayah yang mayoritas penduduknya memeluk Islam itu mengapung pada 1989, sudah sekitar 68 ribu orang tewas. Lalu, apa sebenarnya yang diinginkan warga Kashmir-India? Merdeka sepenuhnya, bergabung dengan Pakistan, atau otonomi luas namun tetap di bawah India? Tak mudah menjawab pertanyaan tersebut. Sebab, ada banyak kepentingan yang bermain. Selama ini, Kashmir memang mengacu ke India karena negara tersebut menguasai 47 persen di antara total wilayah yang berada tepatnya di bagian tengah dan selatan. Tapi, Pakistan sebenarnya juga menduduki 37 persen lainnya, yaitu di bagian barat laut. Sementara itu, Tiongkok bercokol di 20 persen wilayah Kashmir yang terletak di barat laut.

Nah, hingga kini, tiga negara itu bersikukuh dengan posisi masing-masing. India menegaskan bahwa Jammu-Kashmir adalah wilayah integral mereka. Pakistan menganggap status kawasan tersebut harus ditentukan oleh warga Jammu-Kashmir sendiri melalui referendum. Ada pun Tiongkok menganggap Aksai Chin yang mereka kuasai sejak 1962 adalah bagian dari Tibet, wilayah ''jajahan'' mereka. Yang lebih sulit, terjadi polarisasi di lingkup internal warga Kashmir. Sebagian menghendaki kemerdekaan. Tapi, tak sedikit pula yang mengimpikan bergabung dengan Pakistan yang mayoritas warganya juga muslim. Jangan menafikan pula kekuatan mereka yang tetap mengakui otoritas India. Itu terbukti dari tingginya angka pemilih yang datang ke bilik suara ketika pemilu lokal dihelat pemerintah India pada 2008. Hasilnya, ketika itu, Kashmir berhak membentuk pemerintahan otonom tapi tetap di bawah India.

Dengan konstelasi seperti itu, tak heran kalau kemudian bara konflik di Kashmir tak pernah padam. India dan Pakistan tercatat tiga kali berperang memperebutkan wilayah tersebut. Terakhir pada 1999. Pada 1962, India juga terlibat pertempuran dengan Tiongkok yang berujung lepasnya Aksai Chin ke tangan Tiongkok. Jalan terbaik, barangkali, adalah tiga negara itu melenturkan sedikit ego masing-masing dan duduk bersama. Mereka mesti mendengar dengan seksama apa sebenarnya keinginan penduduk ''Surga di Muka Bumi'' tersebut. Kalau tidak, segala potensi yang dimiliki Kashmir bakal percuma. Juga, tak akan ada lagi yang tergerak datang ke sana untuk melihat indahnya ''Shangri-la di bawah sinar rembulan'' seperti potongan lirik yang didendangkan Led Zeppelin.
Tinggalkan komentar anda tentang Kashmir, Potensi yang Terbuang jika anda suka dengan artikel yang kami suguhkan.

0 komentar:

Posting Komentar